Sex Reversal |
![]() |
![]() |
![]() |
Written by Endang Masduki, S.St.Pi |
![]()
belum terdiferensiasinya gonad ikan
secara jelas antara jantang dan betina pada waktu menetas. Sex reversal
merubah fenotif ikan tetapi tidak merubah genotifnya. Teknik sex
reversal mulai dikenal pada tahun 1937 ketika estradiol 17 disintesis
untuk pertama kalinya di Amerika Serikat. Pada mulanya teknik ini
diterapkan pada ikan guppy (Poeciliareticulata).Kemudian dikembangkan
oleh Yamamato di Jepang pada ikan medaka (Oryzias latipes). Ikan medaka
betina yang diberi metiltestosteron akan berubah menjadi jantan. Setelah
melalui berbagai penelitian teknik ini menyebar keberbagai negara lain
dan diterapkan pada berbagai jenis ikan. Awalnya dinyakini bahwa saat
yang baik untuk melakukan sex reversal adalah beberapa hari sebelum
menetas (gonad belum didiferensiasikan).Teori ini pun berkembang karena
adanya fakta yang menunjukkan bahwa sex reversal dapat diterapkan
melalui embrio dan induk yang sedang bunting.
Manfaat
Penerapan sex reversal dapat
menghasilkan populasi monosex (kelamin tunggal). Kegiatan budidaya
secara monosex (monoculture) akan bermanfaat dalam mempercepat
pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat
pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Beberapa ikan
yang berjenis jantan dapat tumbuh lebih cepat daripada jenis betina
misalkan ikan nila dan ikan lele Amerika. Untuk mencegah pemijahan liar
dapat dilakukan melalui teknik ini. Pemijahan liar yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan kolam cepat penuh dengan berbagai ukuran ikan. Total
biomass ikan tinggi namun kualitasnya rendah. Pemeliharaan ikan
monoseks akan mencegah perkawinan dan pemijahan liar sehingga kolam
tidak cepat dipenuhi ikan. Selain itu ikan yang dihasilkan akan
berukuran besar dan seragam. Contoh ikan yang cepat berkembangbiak yaitu
ikan nila dan mujair.Pada beberapa jenis ikan hias seperti cupang,
guppy, kongo dan rainbow akan memiliki penampilan tubuh yang lebih baik
pada jantan daripada ikan betina. Dengan demikian nilai jual ikan jantan
lebih tinggi ketimbang ikan betina.
Sex reversal juga dapat dimanfaatkan
untuk teknik pemurnian ras ikan. Telah lama diketahui ikan dapat
dimurnikan dengan teknik ginogenesis yang produknya adalah semua betina.
Menjelang diferensiasi gonad sebagian dari populasi betina tersebut
diambil dan diberi hormon androgen berupa metiltestosteron sehingga
menjadi ikan jantan. Selanjutnya ikan ini dikawinkan dengan saudaranya
dan diulangi beberapa kali sampai diperoleh ikan dengan ras murni.
Perbedaan Dengan Hermaprodit
Pada kasus hermaprodit, hormon yang
diberikan hanya akan mempercepat proses perubahan sedangkan pada sex
reversal perubahannya benar-benar dipaksakan. Ikan yang
seharusnyaberkembang menjadi betina dibelokkan perkembangannya menjadi
jantan melalui prosespenjantanan (maskulinisasi). Sedangkan ikan yang
seharusnya menjadi jantan dibelokkan menjadi betina melalui proses
pembetinaan (feminisasi).
Metode Sex Reversal
Sex reversal dapat dilakukan melalui
terapi hormon (cara langsung) dan melalui rekayasa kromosom (cara tidak
langsung). Pada terapi langsung hormon androgen dan estrogen
mempengaruhi fenotif tetapi tidak mempengaruhi genotif. Metode langsung
dapat diterapkan pada semua jenis ikan apapun sek kromosomnya. Cara
langsung dapat meminimalkan jumlah kematian ikan. Kelemahan dari cara
ini adalah hasilnya tidak bisa seragam dikarenakan perbandingan alamiah
kelamin yang tidak selalu sama. Misalkan pada ikan hias, nisbah kelamin
anakan tidak selalu 1:1 tetapi 50% jantan:50% betina pada pemijahan
pertama, dan 30% jantan:50% betina pada pemijahan berikutnya.
sumber : http://www.supm-bone.net/index.php?option=com_content&view=article&id=72:sex-reversal
|
0 komentar:
Posting Komentar